Pages

Jumat, 24 Mei 2013

teori-teori kebenaran dalam ilmu pengetahuan (koherensi, korespondensi, pragmatik)



Teori Kebenaran
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya seseorang akan membutuhkan suatu kebenaran untuk menjalani kehidupanya. Terlebih dalam dunia akademisi yang berkecimpung dalam penelitian, pastinya memerlukan sebuah acuan untuk menetukan suatu kebenaran. Dalam buku karya soetrisno dan Rita Hanafie terdapat tiga teori kebenaran, sebagai berikutt:
1.      Teori saling Hubungan (Coherence Theory)
Sering disebut teori konsistensi, karena menyatakan bahwa kebenaran itu tergantung pada adanya saling
hubungan di antara ide-ide secara tepat, yaitu ide-ide yang sebelumnya telah diterima sebagai kebenaran. Bradley mengatakan bahwa suatu proposisi itu cenderung benar jika koheren dengan proposisi yang lain, atau jika arti yang dikandungnya  itu koheren dengan pengalaman. Kaum idealis menandaskan bahwa kebenaran tentu merupakan sifat yang dimiliki oleh ide kita, karena hal yang semua kita ketahui adalah ide-ide, buka barang atau halnnya sendiri. Oleh sebab itu kebenaran terletak pada salaling hubungan di antara ide-ide tentang sesuatu yang ditngkap oleh di alam pikiran. Tingkat saling hubungan adalah ukuran bagi tingkat kebenaran itu sendiri. Semakin terdapat saling hubungan di antara ide-ide yang makin meluas maka akan menunjukan keshshihan kebenaran yang semakinn jelas pula. Dalam dunia pengadilan, misalnya, semakin kuat saling hubungan antara seluruh kesaksian, maka semakin kuat pula adanya kebenaran itu.
Menghadapi teori koherensi ini, orang mudah untuk menerimanya begitu saja karena memang logis dan dapat ditrima oleh akal sehat sserta tidak bertentangan. Namun dmikian salling hubungan di antara ide-ide itu secara logis bisa saja palsu atau bohonh. Maka perlu kita sangsikan kemampuanimplikasi fakta itu sendiri. Bukankah ide tentang fakta itu hanya merupakan sebagian dari fakta itu sendiri? Lebih dari itu, teori ini menekankan pada sifat rasional dan intelektual. Padahal reallitas itu ada dalam dirinya sendiri yang juga mempunyai sifat irasional. Dengan demikian bukankah teori ini gagal dalam memberikan jaminan kepada kehidupan sehari-hari? Mungkin ya, tetapi paling tidak dengan teori ini kita mendapatkan gambaran yang mapan tentang kebenaran menurut segi tertentu, yaitu segi rasional.
2.      Teori Persesuaian (Correspondece Theory)
Kalau teori koherensi diterima oleh kebayakan kaum idealis, maka teori korespondensi lebih bisa diterima oleh kaum realis. Teori korespondensi ini mengatakan bahwa seluruh pendapat mengenai suatu fakta itu benar jika pendapat itu sendiri disebut fakta yang dimaksud. Dengan kata lain, kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dengan fakta itu sendiri.
Terhadap suatu pendapat yang menyatakan bahwa di luar hawanya dingin misalnya, maka teori ini menuntut adanya fakta bahwa dingin itu benar adanya atau nyata berada di luar, bukan hanya ide tentang hawa dingin itu saja. Kalo teori koherensi bersifat rasional-aprioris, maka teori korespondensi ini bersifat empiris aposterioris. Kalau teori koherensi menekankan adanya saling hubungan di antara ide-ide secara tepat, logis dan sistematis maka teori korespondensi menekankan pada apakah ide-ide itu merupakan fakta itu sendiri atau bukan. Persesuaian antara artti yang dikandung di berbagai pendapat dengan apa yang merupakan fakta-faktanya merupakan kriteria bagi teori korespondensi.
Persoalan yang segera muncul dar pelajaran ini adalah pernyataan tentang fakta itu merupakan suatu ide yang sifatnya psikis. Lalu fakta itu sendiri mempunyai sifat non-psikis. Mungkinkah antara yang psikis dan non-psikis bisa sesuai?
Rogers mengatakan bahwa kebenaran itu terletak pada kesesuaian antara esensi atau arti yang diberikan dengan esensi yang terkandung dalam diri hal atau obyek itu sendiri. Tampaknya jelas dalam pendapat ini bahwa yang bersesuaian itu adalah esensi obyek atua fakta sebagai arti dengan esensi yang terdapat pada obyek atau faktanya sendiri. Russel memperjelasnya dengan mengatakan bahwa kebenaran adalah persesuaian antara arti yang terkandung oleh perkataan-perkataan yang telah ditentukan, dan kesesuaianya berupa identiknya arti-arti tersebut.
3.      Teori Kegunaan (Pragmatic Theory)
Apa yang dikemukakan teori korespondensi dapat menyelesaikan secara tuntas pekerjaan dalam mencari kebenaran. Tetapi kehidupan sehari-hari menuntut sesuatu yang lebih praktis dan langsung menimbulkan konsekuensi-konsekuensi yang menguntungkan.
Pragmatisme mewarnai pandanganya sebagai berikut:
Pada umunya teori memandang masalah kebenaran menurut segi kegunaanya. James mengatakan ‘Tuhan itu ada’ adalah benar bagi seorang yang hidupnya mengalami perubahan. Kepercayaan yang kuat terhadap adanya tuhan itu dapat memberikan kesejukan hati, sehingga ada kemampuan batin untu menerima segala bentuk perubahan.
Dewey memberikan ilustrasi tentang kebenaran sebagai berikut:
Dimisalkan kita sedang tersesat di tengah hutan. Kepada diri sendiri kita berkata dengan yakin bahwa ‘jalan keluarnya adalah ke arah kiri’. Pernyataan ini akan berarti jika kita benar-bear melangkah ke kiri. Selanjutnya,pernyataan ini benar apabila arah kiri itu pada akhirnya menyebabkan konsekuensi positif, yaitu benar-benar membawa kita keluar dari hutan. Jadi, kebenaran menurut pragmatisme itu bergantung pada kondisi-kondisi yang berupa manfaat (utility), kemungkinan dapat dikerjakan (workability) dan konsekuensi yang memuaskan (satisfactory result).
Persoalan yang segera muncul adalah apakah asas manfaat yang cenderung subyektif itu justru tidak mengingkari asas obyektifitas sebagai tujuan ilmu pengetahuan dlam dirinya sendiri? Workability adalah sesuatu yang mungkin dapat menuntu ke arah pemecahan masalah. Tetapi jika hal ini hanya bergantung sepenuhnya kepada keyakinan, maka spekulasi yang dapat menimbulkan kesesatan perlu dipertimbangkan.
Dari ketiga teori kebenaran di atas yang terdapat dalam buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian dapat kita ketahui bahwa masing-masing teori mempunyai keunggulan namun juga mempunyai kelemahan. Yang terpenting dalam suatu kajian akademik setidaknya bisa melihat suatu kebenaran dari suatu sudut pandang tertentu. Karena dalam setiap penelitian akademik dipastikan menuntut adanya pendekatan yang merupakan suatu cara pandang dari penelitian tersebut.



related:
teori koherensi, teori korespondensi, teori kegunaan, teori saling berhubungan, teori persesuaian, teori pragmatik, kelebihan dan kekurangan teori-teori kebenaran. teori-teori kebenaran dalam filsafat, teori-teori kebenaran dalam filsafat ilmu, teori-teori kebenaran ilmiah, teori-teori kebenaran ilmu pengetahuan, kebenaran ilmu pengetahuan, kebenaran teori.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

dimohon untuk berkomentar dengan cara yang sopan dan dapat dipertanggung-jawabkan